Wednesday, May 26, 2010

lempar sepatu dapat sendal

Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani akhirnya memberikan testimoni tentang takdirnya dalam Kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang tengah disandera kartel politik kepentingan kelompok tertentu. Kesaksian Sri Mulyani itu difasilitasi Perhimpunan Pendidikan Demokrasi dalam bentuk kuliah umum tentang Kebijakan dan Etika Publik, Selasa (18/5) lalu.

Meskipun bertajuk kuliah umum, paparan Sri Mulyani di ballroom Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, ini lebih merupakan pidato politik yang lahir dari pengalaman langsung lima tahun bersama Presiden Yudhoyono, baik di Kabinet Indonesia Bersatu jilid I maupun jilid II.

Kuliah umum berisi pandangan politik ini mengejutkan publik yang masih bingung dengan misteri pengunduran diri Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan. Selain karena bicara blak-blakan tentang kondisi politik yang membuatnya tergencet, pidato politik Menteri Keuangan terbaik se-Asia itu juga disampaikan hanya sepekan setelah Presiden Yudhoyono meminang Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar, sebagai Ketua Harian Sekretariat Gabungan Partai Koalisi.

Keberanian Sri Mulyani membuka keborokan politik di Indonesia itu disambut dengan tepukan meriah para hadirin. Karena rahasia terdalam seputar konflik kepentingan yang menyandera Pemerintahan Yudhoyono itu akhirnya terbongkar.

Sri Mulyani, antara lain, mengaku sangat menderita karena harus berpura-pura dengan struktur politik yang tidak hanya double standard, tetapi triple standard. Saat di DPR ia harus berpura-pura menjadi figur tertentu. Ketika di Kementerian Keuangan harus menjadi figur lain. Apalagi saat di rumah. Untungnya, kata Sri Mulyani, keluarganya tidak bingung.

Sri Mulyani mengaku, pihak yang mengambil keuntungan dari kebijakan pemerintah selalu ikut mengambil bagian dalam penentuan kebijakan tersebut. Sri Mulyani mengaku sering menyindir situasi seperti itu. Namun, sindiran itu tidak pernah membuahkan hasil. Karena kentalnya konflik kepentingan yang tidak pernah mengindahkan etika. Sri Mulyani justru menjadi korban vonis politik yang mengkriminalisasi kebijakan bersama dalam penyelamatan Bank Century.

Meski terdepak dari kabinet Yudhoyono akibat konflik perkawinan kepentingan, Sri Mulyani tetap merasa sebagai pemenang pertarungan. Kemenangan bagi Sir Mulyani adalah karena dirinya tidak pernah mau didikte atau menggadaikan harga diri dan hati nuraninya hanya demi kepentingan pribadi atau kelompok.(DOR)

No comments:

Post a Comment

recently listening


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

About Me

Followers

Search

Copyright Text