Friday, June 25, 2010

manusia sempurna

assalamualaikum .

wahai saudara2ku, salam hangat untk, teriring selaksa doa smoga ktika engkau membaca ctatan kecil ini, Ia masih menaungimu dngan barakah, syurga masih merindukanmu, dan para malaikat msih mendoakanmu .
dan smoga syafaat dri org yg akan kita bicarakan ini msh brsmamu .

seorang manusia sempurna .
dari fisik, ketampanannya memesona, perawakannya tinggi tapi tdak lebih tnggi dari yg lain, tapi juga tdak lebih rendah .
berjanggut yng rapi peni . wajahnya menyiratkan ketegasan namun tetap penuh kelembutan . badanny tegap berisi . tak gemuk, tapi juga tak kurus .

dari segi sifat, ia begitu tegas, ketika ia berorasi, ia bisa membakar semangat, tapi ketika ia berada di depan Tuhannya, tersedu sedan ia . begitu penyayang ia, sehingga orang buta yg paling membencinya dan selalu mengatainya gilapun ia suapi, hingga nenek tua pikun bercerita tentang cucunya selama 2 jam pun ia sanggup . begitu sabarnya ia, dilempar ta*i unta pun ia ikhlas .
begitu cintanya ia dngan umatnya, ketika Izrail mnjemputnya, bukan aisyah yg di sebut, bukan fatimah yg ia panggil, tetapi,"ummati...ummati" . bukan keringanan pencabutan nyawa untknya yg dia minta . tapi kringanan pncabutan nyawa untk umatnya yg ia harap .
dia, pemimpin negara, seorang pemimpin terbesar, seorang pebisnis ulung, seorang panglima perang penuh strategi jitu, dermawan yg hartanya habis untuk umatnya . yg setiap doanya ia menangis meratap hanya untuk umatnya .

wahai saudaraku, ialah idola yg paling sempurna, suri tauladan, manusia paling berpengaruh di dunia, yang begitu mencintai kita .
akankah ia mengakui kita sebagai umatnya ? padahal untuk mengucap shalawat padanya pun kita lalai ?


sebuah kisah, tentang AIR MATA RASULALLAH

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam", kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
"Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu, " kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?", tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul! Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
"Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,! Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii,ummatii, ummatiii? " - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

No comments:

Post a Comment

recently listening


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

About Me

Followers

Search

Copyright Text