Wednesday, January 5, 2011

Not A Cinderella part 3

“Min Yeong-ah, pulanglah. Kau tampak pucat. Aku bisa kok, jaga berdua aja sama Nana” ujar Na Bi menyuruh Min Yeong pulang.

“Nee~ Gomapta Na Bi-ah” Min Yeong langsung mengambil mantel, syal, dan tasnya. Kemudian ia pamit pada Na Bi dan Nana. Malam ini, ia pulang lebih awal. Ia menyusuri trotoar menuju halte bus. Langkah Min Yeong yang biasanya tegas tak lagi ada. Ia begitu kuyu. Tak biasanya.

Perjalanan yang harusnya sebentar menjadi sangat lama bagi Min Yeong. Ia mencerna ulang setiap kata yang dilontarkan Nichkhun. Memang benar apa yang dikatakan Nichkhun. Namun, Min Yeong adalah orang yang benar-benar jalan pikirannya membingungkan. Ketika ia mendapat kemudahan, ia malah bersikeras untuk menggunakan jalan yang rumit dan berliku.

***

Min Yeong POV

Tch! Apa-apaan namja bernama Nichkhun itu. Sok menceramahiku. Tau apa dia tentang kehidupanku? Dia takkan pernah mengerti jadi aku. Sendirian bersama orang-orang yang tidak mengenalmu dengan baik dan melimpahimu dengan berjuta kasih sayang dan fasilitas-fasilitas mewah hanya karena appamu menikah dengannya.

Semua lebih baik waktu ada appa. Setidaknya ada yang mengerti aku. Sekarang appa sudah meninggalkan aku dengan mereka. Aku harus apa? Menerima perlakuan mereka? Tch! Tidak akan. Bukannya aku sombong. Tapi, aku tak mau memanfaatkan kebaikan hati mereka. Aku bisa berdiri di kakiku sendiri tanpa suntikan bantuan dalam bentuk apapun dari mereka.

Tanpa terasa airmataku meleleh lagi. Cepat-cepat kuusap kedua mataku agar airmata ku berhenti mengalir. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Hati dan pikiranku berkecamuk. Perang pemikiran. Di satu sisi aku ingin tetap seperti ini, dingin, keras hati, dan tidak bergantung dengan siapapun. Tapi, di sisi lain aku tak mau keluarga Choi kecewa dan merasa diabaikan olehku. Tapi, tetap saja aku tak bisa bergantung pada mereka. Lantas aku harus bagaimana coba?

Akhirnya aku sampai di depan apartement Jung Yeon. Kuharap aku tak merepotkannya. Apartement Jung Yeon cukup luas dan menyenangkan. Dia juga selalu terbuka menerimaku. Kulangkahkan kaki perlahan. Aku sampai di depan pintu apartement Jung Yeon, aku membukanya perlahan. Tiba-tiba seseorang menghambur ke pelukanku.

“Min Yeong-ah, pulanglah kumohon” itu suara Sham Hyuk umma. Ia memelukku dengan berurai air mata. Tch. Kulihat Siwon berdiri di samping Jung Yeon yang memasang wajah minta maaf. Kulepaskan pelukan umma.

“Umma, duduklah dulu. Aku mau berbicara dengan oppa” aku melirik Siwon agar mengikuti ke luar apartement. Ia mengikuti. Sampai aku yakin orang-orang di dalam apartement tidak lagi bisa mendengar kami, kulayangkan sebuah tamparan di pipi Choi Si Won

Plak!

“Ya! Apa-apaan kau ini?!” ia memegangi pipinya yang memerah karena tamparanku.

“Lancang sekali kau! Memanggil Sham Hyuk umma sebagai senjata! Aku bukan bonekamu!!” aku meneriakinya. Manusia menyebalkan itu! Kuputuskan untuk langsung masuk kembali ke dalam apartement Jung Yeon dan mengajak umma pulang.

“Min Yeong-ah…jeongmal mianhaeyo. Jebal~. Aku kira kau hanya mau berkunjung ke rumahku dan menginap. Aku tak tahu kalau kau…” Jung Yeon meminta maaf padaku. Yah, toh salahku juga yang lupa memberitahu Jung Yeon bahwa aku kabur.

“Gwenchanayo, Jung Yeon-ah. Aku pulang dulu ya. Annyeong.” Aku mengajak umma pulang.

“Umma, pulanglah bersama oppa. Aku akan menyusul. Tenang saja, aku pasti pulang. Aku ada urusan sebentar.” Aku menyerahkan Sham Hyuk umma pada Siwon. Beliau menatap Siwon seolah meminta pendapat. Kulebarkan bola mataku dan dia langsung mengiyakan kepergianku. Toh, aku memang pasti akan pulang ke rumah keluarga Choi.

Mereka pun pergi duluan. Sementara aku, dengan mengendarai mobil Choi Siwon menyebalkan itu, memutuskan untuk berkeliling Seoul dulu.

***

Min Yeong membuka tutup mobil Choi Siwon, kini ia mengendarai mobil dengan rambutnya yang berkibar tertiup angin. Dia pun berhenti sebentar di sebuah mini market untuk membeli makanan. Saat ia keluar dari mini market itu, seorang tunawisma menghampirinya. Min Yeong langsung memberikan 2 bungkus sandwich isi tuna yang baru saja ia beli.

Namun, tunawisma itu bukannya pergi, ia malah berdiri bersebelahan dengan Min Yeong yang bersandar di dinding kaca mini market. Dan Min Yeong bukannya pergi ia malah menawari lagi tunawisma itu rokok. Marlboro Menthol.

“No, thanks. I’m not smoking” ujarnya menolak tawarn Min Yeong.

“Kau…seharusnya juga tidak merokok. Tidak baik untuk kesehatan. Apalagi, kau perempuan” tambahnya lagi. Min Yeong hanya tertawa renyah. Sudah lama ia tak mendengar nasihat seperti itu sejak appanya meninggal.

“Ara…ara… Omong-omong, siapa namamu?” Tanya Min Yeong sambil menyulut rokok yang ada di bibirnya. Ia menghisap rokok itu dalam dan menikmatinya. Dan ia menghembuskan asap berbentuk lingkaran ke udara.

“Kurasa kau bisa memanggilku Darrell” jawab tunawisma itu.

“Hmm, that’s weird. Kau orang korea tulen tapi malah memakai nama Inggris” Min Yeong masih menikmati rokoknya. Sudah sangat lama ia tidak menyentuh rokok. Dulu ia merokok hanya saat mendapat masalah yang tidak bisa ia selesaikan. Dia berhenti merokok sejak appanya meninggal. Karena dia tak punya lagi tempat bersandar selain appanya.

“Ini…bukannya mobil Choi Siwon?” Tanya Darrell tiba-tiba setelah mereka berdua berdiam diri.

“Nee~. Aku adik tirinya Choi Siwon. Waeyo?”

“Ani…Gwenchanayo. Kau sendiri, waeyo? Seorang yeoja tak mungkin merokok kalau tidak ada hal yang menyusahkannya” Tanya Darrell dan itu sangat tepat sasaran. Min Yeong menginjak puntung rokoknya agar mati. Ia menghirup nafas dalam-dalam seolah itu bisa menetralisir racun rokok yang sudah masuk ke dalam paru-parunya.

“Kau tau, I’m a strong girl” Min Yeong mengepalkan kedua tangannya ke atas dan tersenyum ironis. Sedang Darrell hanya tersenyum.

“Tidak boleh berbohong. Apalagi membohongi diri sendiri” setelah Darrell mengucapkan itu, ia memeluk Min Yeong. Min Yeong hanya diam. Dan mulai merenungkan semua yang telah terjadi dan merenungkan perkataan Darrell. Tiba-tiba airmatanya mengalir lagi. Tak mau berhenti.

Min Yeong terisak-isak. Ia sesenggukan. Airmatanya masih tidak mau berhenti. Seolah menumpahkan semua sakit yang ia rasakan selama appanya tidak ada. Seolah itu mampu menghapus segala lukanya. Kini Min Yeong membalas pelukan Darrell. Dan ia masih menangis. Sedangkan Darrell hany mengusap-usap punggung Min Yeong yang terguncang-guncang karena sesenggukan.

“Untuk sekarang, aku tidak akan menyuruhmu berhenti menangis. Menangislah kalau itu satu-satunya caramu meluapkan perasaanmu”

Min Yeong menangis di pelukan Darrell selama hampir 10 menit. Saat ia sudah agak tenang, ia melepaskan pelukannya perlahan. Dia melap pipinya yang basah dan matanya yang sembab. Kemudian ia tersenyum pada Darrell. Satu-satunya senyumnya yang tulus hari ini.

“Gomawoyo, Darrell” ujarnya lirih.

“Cheonmaneyo. You know what, you can rely on me. Dan aku akan dengan senang hati membantu appamu untuk menggantikan tempatnya sementara ini sebagai malaikat pelindungmu” Darrell mengacak-acak rambut Min Yeong sambil membalas senyum yang diberikan Min Yeong tadi.

“Kurasa aku belum pernah menceritakan padamu tentang appaku. Tau darimana kau?” Tanya Min Yeong mengernyit dan memberikan tatapan menyelidik pada Darrell.

“Ya! Kau itu pelupa sekali. Hmm, yasudahlah. Aku harus pulang. Jangan kira aku tunawisma karena aku meminta makanan ya. Aku hanya lapar tadi dan tidak bawa uang. Bye Bye Choi Min Yeong” ujar Darrell yang tidak menjawab pertanyaan Min Yeong. Dia malah melangkah pergi meninggalkan Min Yeong dan rasa penasarannya.

“Ya! Bagaimana aku bisa menghubungimu?!” Tanya Min Yeong setengah berteriak pada Darrell yang menjauh.

“Akulah yang akan menemukanmu!”jawab Darrell tanpa menoleh pada Min Yeong dan mengangkat topinya sebagai perlambang sampai jumpa. Min Yeong hanya terheran sambil tersenyum. Ia pun pulang ke rumah keluarga Choi, dengan perasaan yang agak ringan. Sedikit lebih lega dari biasanya.

***

Dear diary…

Hari ini benar-benar hari yang aneh. Pertama, aku ketahuan sama Siwon kerja jadi cleaning service. Aku yakin ia akan mengurungku di rumah hari ini. Tapi, siapa peduli. Kedua, I met this guy. Namanya Nichkhun Buck Horvejkul. Khun panggilannya. Dia…menganalisisku. (Analisis?Hmm) Yeah, kurasa itulah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang ia lakukan padaku.

Dan dia agak menyebalkan. (Aha? Really?) Oke, bukan agak. Dia menyebalkan. Sok tau, arogan, berisik. Dan masih banyak lagi. Ketiga, saat aku harusnya kabur dari keluarga Choi dan menginap di rumah Jung Yeon, Choi Siwon sialan itu menangkapku lagi. Bahkan kali ini ia membawa serta Sham Hyuk umma. Apa-apaan coba?! Keempat, aku menemukan appa. (Dalam mimpi? Atau mungkin beliau menjelma dalam wujud spirit alias hantu?!) Bukan, bukan dalam bentuk mimpi atau hantunya appa.

Dia adalah appa versi muda. Sifatnya sangat mirip dengan appa, caranya berbicara, caranya memperhatikan aku berbicara, caranya menatapku, caranya menegurku, caranya menenangkanku, dan caranya memelukku saat aku menangis tadi. (Kamu nangis?) Yeah, sangat sangat menangis. (OMG). Yeah I know, so not me.

So, gotta go. Love ya. XOXOXOXO

***

“MWO?!!!!” Min Yeong tersedak karena mendengar berita mengejutkan saat ia sedang sarapan bersama keluarga Choi.

“Okay, ini mulai tidak lucu. Apa umma bilang tadi?” Tanya Min Yeong lagi memastikan berita yang ia dapat pagi ini.

“Kau, harus menikah, kemudian mengambil alih Hyundai. Siwon sibuk dengan Super Juniornya, dan Jiwon, tidak akan pernah bisa mengurus perusahaan.” Sham Hyuk menjelaskan lagi posisi Min Yeong disini. Tersudut. Itu jelas.

“Tentu saja ia bisa! Jiwon adalah anak sah dari pemilik Hyundai. Dan aku tidak berhak ikut campur di dalam Hyundai. Dan kenapa pula aku harus menikah?” Min Yeong yang biasanya hanya melancarkan aksi diam jika ia tidak setuju dalam suatu hal kini malah melakukan protes.

“Di keluarga..Ani, di dunia ini, tidak ada yang bisa memimpin Hyundai kecuali kamu, appamu, dan appanya Jiwon. Mau tidak mau kau harus mau. Atau kau mau jutaan orang kehilangan pekerjaannya? Tidak kan. Kedua, kau menikah, adalah wasiat appamu. Umurmu sudah hampir 20 tahun, dan kau harus mencari suami kalau kau memang tidak mau mengambil alih Hyundai. Maka, suamimulah yang akan menggantikanmu. Jadi, kau sudah punya calon? Kalau kau belum punya, maka umma dengan senang hati akan mencarikannya untukmu.”

Penjelasan Sham Hyuk benar-benar membuat Min Yeong tak berkutik. Apalagi ini menyangkut hidup jutaan orang yang bekerja di Hyundai. Ditambah lagi, menikah umur 20tahun adalah wasiat ayahnua. Tidak mungkin Min Yeong melanggar. Ia memutar otak. Ia tak mau menikah, dan ia tak mau menjadi direktur Hyundai.

Opsi yang ia miliki begitu sedikit. Satu, menikah namun tidak memimpin Hyundai. Dua, tidak menikah namun memimpin Hyundai. Mana yang harus ia pilih. Ia berpikir selama 5menit. Karena keputusan harus segera dibuat. Ia benar-benar mengerahkan seluruh logika yang ia punya. Ia memikirkan semua kemungkinan terburuk. Semua resiko. Bahkan memikirkan dua ratus langkah yang harus ia ambil setelah ia memilih nanti.

Sebagai yeoja yang cerdas dan memiliki logika tinggi, ia memilih resiko yang paling minim.

***

“…Arachi Frederick? Siapkan semuanya. Aku tidak peduli. Siapkan semuanya dalam 3 hari. Sedangkan untuk dirinya sendiri, Min Yeong akan melakukannya sendiri” perintah Sham Hyuk umma pada Frederick, butler keluarga Choi.

Aku kembali ke kamar. Kududukkan diriku tepat di depan cermin. Kupandangi pantulan diriku di cermin. Mataku nanar. Bagaimana bisa yeoja jahat sepertimu mendapat begitu banyak…fasilitas. Kau tidak pantas, Min Yeong. Tak terasa satu bulir air mataku menetes. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Ada telepon masuk. Sangat tidak tepat. Kulihat, nomor yang tidak kukenal tertera disana. Namun, tetap kuangkat.

“Yoboseyo”

“Yoboseyo, Min Yeong-ah. Ada yang mau kau ceritakan padaku?” Tanya suara di seberang sana. Ternyata dia!

“DARRELL! Kebetulan sekali. Darimana kau tau nomorku?”

“Bukankah sudah ku bilang, aku lah yang akan menemuimu”

“Ah, yasudahlah. Aku harus bertemu kau sekarang. Cherry Pink café setengah jam lagi. Arachi?”

“Ara…ara… See you there”

Klik. Segera setelah kuputus pembicaraan kami. Aku segera memakai mantel, menyambar tas, dan pergi ke Cherry Pink café yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Aku hanya berjalan kaki, dan 15 menit kemudian aku melihat Darrell yang melambai-lambai padaku. Kupercepat langkahku, agar bisa cepat bercerita padanya.

***

“Menikah? Mengambil alih Hyundai? Wow, seems like you have a trouble with some magnitude here” Darrell tampak terkejut. Min Yeong hanya menyeruput Jus Alpukatnya kemudian melanjutkan ceritanya.

“Dan aku harus mengumumkan siapa calon suamiku tiga hari lagi. Tiga hari lagi!! Ya Tuhan, aku bahkan tidak punya namjachingu. Benar-benar parah.” Min Yeong mengeluh karena kali ini masalahnya bukan semacam masalah yang bisa diselesaikan dengan adu pikiran atau adu otak. Kali ini, ia benar-benar mati kutu. Skak mat. Buntu.

“Kalau begitu, sama aku saja.” Dan ya, Min Yeong tersedak mendengar ucapan Darrell tadi. Dan ia langsung mengucapkan kalimat pertama yang terlintas di pikirannya.

“You’re so insane!” setelah itu Min Yeong meninggalkan Darrell yang hanya bisa duduk dan tersenyum. Tersenyum ironis.

***

Nichkhun POV

Aish~ kenapa tidak bisa hilang? Apakah aku hanya berhalusinasi? Tapi mengapa terasa begitu nyata seperti ini? Oke, aku melihat Min Yeong sedang terduduk lesu di dalam bilik telepon umum. Lagi. Kali ini, wajahnya benar-benar lesu. Lingkaran hitam di bawah matanya menandakan bahwa ia benar-benar dibuat pusing.

Oke, karena ini siang, dan aku sangat segar hari ini. Jadi, tidak mungkin aku berhalusinasi.

***

“Lagi-lagi kita bertemu di bilik telepon umum seperti ini” Nichkhun menyapa Min Yeong sambil tersenyum lebar. Dan tanpa diduga, Min Yeong tersenyum pada Nichkhun.

“Ya. Kebetulan sekali”

“Waeyo Min Yeong-ah? You seem very unpleasant. Oh iya, ngapain kau disini? Bukannya kau punya handphone?” Tanya Nichkhun.

“Kau tau, aku sangatlah menderita karena aku harus mendapatkan calon suami dalam 3 hari ke depan. Dan bahkan tidak ada namja yang dekat denganku. Kalau tidak dapat, maka aku harus menjadi direktur utama Hyundai. Dan menjadi direktur adalah hal yang paling aku tidak inginkan bahkan jika aku mati sekalipun. Dan mengapa aku disini? Hhhh, aku menelepon rumah sahabatku. Lee Joon. Tapi, tentu saja tidak ada yang mengangkat. Mereka sekeluarga sudah pindah ke Amerika. Padahal, dialah satu-satunya orang yang bisa menolongku...Aigoo~ I’m sooooooo stupid. Untuk apa aku bercerita denganmu?! Kau tidak akan mengerti.” Min Yeong merasa bodoh sekali setelah tanpa sadar menceritakan semuanya pada Nichkhun. Orang yang ia anggap manusia paling menyebalkan seluruh dunia.

“Kau tau, obat penghilang sedih dan masalah adalah tertawa. Jadi, ayo ikut aku. Dan aku akan hadiahkan tawa untukmu hari ini.” Nichkhun menarik tangan Min Yeong dan masuk ke dalam mobilnya. Min Yeong manut saja. Terlalu lelah untuk berkomentar dan terlalu penasaran untuk menolak.

Nichkhun menyetir dengan mantap walaupun ia sedang menelepon. Setelah Min Yeong menegurnya, barulah ia mematikan teleponnya. Selama perjalanan, Min Yeong bolak-balik mengutak atik handphonenya.

“Waekeuraeyo, Min Yeong-ah?” Tanya Nichkhun yang memperhatikan raut muka Min Yeong yang selalu tampak kesal saat melihat handphonenya.

“Gwenchanayo, just a stranger calling” jawab Min Yeong. Padahal, dengan jelas semua telepon masuk berasal dari satu nama. Darrell.

“Mau kemana sih? Kok daritadi gak nyampe-nyampe?” Tanya Min Yeong mengalihkan perhatian Nichkhun agar ia tidak curiga.

“It’s a secret you know. Kan aku mau membuatmu tertawa. Sebentar lagi sampai. Tapi, tunggu, kau harus memasang ini” Nichkhun menepikan mobilnya dan mengambil sebuah blind fold di jok belakang. Ia menyerahkan blind fold itu pada Min Yeong sambil tersenyum.

“Apa…ini?”

“Sini, kupakaikan” Nichkhun menyuruh Min Yeong untuk menghadap kiri sebentar, kemudian ia mengikatkan blind fold itu ke kepala Min Yeong hingga menutupi matanya. Tapi ia belum menyuruh Min Yeong berbalik seperti semula. Kemudian ia mengambil sebuah kotak lagi di dalam laci dashboard mobilnya. Ia membuka kotak itu, dan tersembullah sebuah kalung dengan bandul bulan yang berkilauan. Ia tersenyum, menutup lagi kotak itu, dan menyimpannya lagi di laci dashboardnya.

“Ini buat apa sih?” Tanya Min Yeong lagi sambil meraba matanya yang tertutup. Nichkhun sudah menjalankan mobilnya lagi. Kali ini, Nichkhun mempercepat laju mobilnya.

“Kan hadiah” jawabnya singkat.

Setengah jam kemudian mereka sampai di tempat tujuan Nichkhun. Nichkhun tersenyum melihat tempat yang sudah ia siapan selama 3 hari itu. Ia menuntun Min Yeong berjalan. Kemudian mereka masuk ke dalam sebuah ruangan besar yang terasa sangat dingin. Saat mereka sudah di dalam, Nichkhun pun membuka blindfold Min Yeong

***

TBC lagi…

Khsus buat Sooyeon, lanjuuuuuuut nya baru sampe halaman 26 dan yeah, I’m stuck. Haha jadi untuk mengusir rasa jenuh, aku postpone dulu sampe setelah uts -,- sungguh menyedihkan nasib anak SMA..

Then, sekali lagi, tak bosan-bosannya saya meminta maaf kalo ada MinKhun moments yang membuat anda panas (khusus Khun biases). Sesungguhnya saya gak ada maksud apa-apa kok sama bikin MinKhun moments gitu. I swear with all my heart.

Tapi, emang Khun yang pas buat peran ini. Tapi, pangerannya antara dua, antara Nichkhun dan si misterius Darrell. Oh iya, jangan langsung mengira Darrell itu adalah SE7EN yang ituuu. Bisa iyaaa, bisa enggaaak. Huehehe. Yasudhlah intinya, ILOVEHAEANDJOONSOMUCH :******** XOXOXOXOXOX

No comments:

Post a Comment

recently listening


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

About Me

Followers

Search

Copyright Text